SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI

PERTEMUAN KE 15 TEORI GURU

Sabtu, 25 Maret 2017

PERTEMUAN KE-5 MULTIPLE INTELLIGENCE

MULTIPLE INTELLIGENCE (KECERDASAN MAJEMUK)



Pada pertemuan ke-5 ini saya akan membahas mengenai Kecerdasan Ganda/Kecerdasan Majemuk yang diusulkan oleh Howard Gardner pada 1983. Teori ini muncul berdasarkan pengamatan Gardner, yang melihat bahwa seorang anak di sekolah, dengan prestasi akademik yang menonjol, tidak kemudian secara otomatis dikatakan lebih pintar, dibandingkan dengan anak yang terlihat susah payah mengikuti pelajaran sekolah dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain atau berolahraga. Intelligence, particularly as it is traditionally defined, does not sufficiently encompass the wide variety of abilities humans display. Menurutnya kepandaian anak tidak dapat semata-mata dilihat dari prestasinya di sekolah. Anak yang tertinggal pelajarannya di sekolah mungkin menonjol pada area kecerdasan lain. Misalnya saja olahraga, musik atau seni.
Saat itu Gardner mendeskripsikan tujuh area kecerdasan, yaitu: bodily-kinesthetic, interpersonal, verbal-linguistic, logical-mathematical, intrapersonal, visual-spatial dan musical. Kemudian di tahun 1997 pada simposium MIND (Multiple Intelligence New Directions) Gardner menambahkan kecerdasan kedelapan yaitu naturalistic. Tiap kecerdasan khas dan membawa karakter tertentu, seperti gaya belajar, potensi bakat, minat bahkan sifat personal. Seorang individu dapat memiliki beberapa kecerdasan yang menonjol atau bahkan semua kecerdasan tersebut dia miliki secara hampir berimbang. Jika lingkungan dapat dengan tepat memberikan stimulasi yang dibutuhkan, kecerdasan tertentu yang menjadi kelebihan seseorang akan membawanya menjadi ahli di bidang tersebut dan melejitkan potensi pribadi yang akan membawa kesuksesan baginya.

                       A. LANDASAN TEORITIS

Teori kecerdasan majemuk atau MI memiliki landasan pengkategorian. Hal ini dimaksudkan agar kedelapan jenis kecerdasan tersebut berkembang sepenuhnya, bukan sekedar bawaan, kemampuan atau bakat. Kriteria yang digunakan Gardner adalah sebagai berikut. 

1) Letak dalam Otak
Gadner mengamati bahwa orang-orang yang pernah mengalami kecelakaan atau penyakit tertentu mempengaruhi wilayah otak tertentu pula. Cedera ini mengganggu kecerdasan tertentu, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi kecerdasan yang lain. Orang yang mengalami cidera di wilayah Broca (lobus kiri depan), misalnya, akan mengalamai kesulitan memproduksi ujaran, tetapi masih dapat mengerjakan soal matematika, menari, mengekspresikan perasaan, dan menjalin hubungan dengan orang lain. Berikut ini merupakan sistem neurologis dalam otak yang merupakan wilayah primer tiap jenis kecerdasan

(2) Adanya Bukti Personalitas
Gardner memberi contoh profil pada orang-orang tertentu yang sangat menonjol pada satu jenis kecerdasan tertentu, tetapi rendah dalam kecerdasan lain atau savant (seperti Raymond dalam film Rain Man)

(3) Tiap Kecerdasan Memiliki Waktu Kemunculan dan Perkembangan
Kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan yang bernilai budaya dan seseorang (dalam kegiatan itu) mengikuti pola perkembangan tertentu. Musik berkembang lebih awal dan bertahan lama (sampai tua), kecerdasan visual dalam wujud melukis dapat muncul pada usia dewasa (seperti kasus nenek moses).

(4) Sejarah Evolusioner dan Kenyataan Logis Evolusioner
Tiap jenis kecerdasan memiliki bukti hidtoris, seperti spasial dapat ditemukan pada gambar-gua Lascaux, irama terbang serangga waktu mencari bunga, musikal melalui instrumen musik purba, dan sebagainya.

(5) Dukungan Temuan Psikometrik
Dapat memanfaatkan tes standar untuk menilai kecerdasan dengan cara yang terkontekstualisasikan (memanfaatkan skala kecerdasan Wechsler untuk linguistik, matematis logis, spasial, kinsetetik; dll)

(6) Dukungan Penelitian Psikologi Eksperimental

(7) Tiap Kecerdasan memiliki Rangkaian Cara kerja Dasar
Setiap kecerdasan membutuhkan cara kerja tertentu dan dapat berfungsi menggerakkan kegiatan yang khas pada setiap kecerdasan. Kinestetik misalnya, bercara dasar kerja : mampu menirukan gerakan fisik, mampu menguasai gerak rutin motorik halus dalam menyusun bangunan.

(8) Kemudahan Menyandikannya ke dalam Sistem Simbol
Setiap kecerdasan punya simbol sendiri-sendiri.

B. PENGERTIAN MUTIPLE INTELLIGENCE

Multiple Intelligence adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan Prof. Howard Gardner. Multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pada dasarnya adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak kita, khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan,ternyata banyak sekali. Memahami multiple intelligence bukanlah untuk membuat anak-anak kita menjadi hebat. Namun,konsep tersebut, paling tidak dapat  membantu kita untuk memahami bahwa anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar biasa.
Pengertian dari kecerdasan menurut Howard Gardner adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan. Sedangkan multiple intelegence (kecerdasan majemuk) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tiap individu lebih dari satu macam. Menurut Howard Gardner setiap individu delapan jenis kecerdasan di dalam dirinya,yang disebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.

C.  KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE (KECERDASAN MAJEMUK)

Konsep multiple intelligence diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner, yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Konsep multiple intelligence menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame or Mind : The Theory of Multiple Intelligences ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Delapan jenis kecerdasan ini,setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Dalam bukunya, Thomas Amstrong (2002) juga menyebutkan kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas.
Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi  kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.

D.  10 MACAM KECERDASAN MAJEMUK



       1. Kecerdasan matematika-logika (Logical mathematical intelligence)
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.

      2.      Kecerdasan bahasa (verbal linguistic intelligence)
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

      3.      Kecerdasan musikal (musical/rhythmic intelligence)
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

      4.      Kecerdasan visual-spasial (visual spatial intelligence)
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.

      5.      Kecerdasan kinestetik (body/kinesthetic intelligence)
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.
  
     6.      Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence)
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.

      7.      Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.

      8.      Kecerdasan naturalis (naturalistic intelligence)
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.

      9.      Kecerdasan spiritual (spiritualist intelligence)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan manusia mengenal Tuhannya, meyakini keberadaan dan keEsaan Tuhan, serta melakukan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dalam menjalani kehidupan ia tidak akan putus harapan, karena ada Tuhan tempat bergantung segala sesuatu, dalam keadaan bahagia, ada Tuhan tempat dia melantunkan puja dan puji syukur. Kecerdasan ini akan membentuk jiwa dan pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masayarakat dan negaranya.

      10.  Kecerdasan eksistensial (exsistensialist intelligence)
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang luas,jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian). Kecerdasan ini melibatkan kemampuan manusia dalam menjawab berbagai macam persoalan terdalam tentang eksistensi atau keberadaan manusia. Para ahli filsafat (Filosof) merupakan salah satu bukti kecerdasan ini, diantaranya adalah Plato, Sokrates, Immanuel Kant, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd. Mereka berpikir dan memikirkan tentang eksistensi manusia dan alam.

E. STRATEGI PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA

Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan anak mengembangkan kecerdasan majemuknya dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Strategi pengajaran yang dapat dilakukan antara lain:

1.   Kecerdasan Logika Matematika (Logical mathematical intelligence)
  • Bermain puzzel atau ular tangga
  • Bermain dengan bentuk-bentuk geometri
  • Pengenalan bilangan melalui nyanyian,tepuk,dan sajak berirama
  • Eksperimen sederhana,misalnya mencampur warna
  • Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer
2.   Kecerdasan Bahasa (verbal linguistic intelligence)
  • Mengajak anak berdialog dan berdiskusi
  • Membacakan cerita
  • Bermain peran
  • Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak
  • Mengisi buku harian dan menulis surat pada teman
3.   Kecerdasan Musikal (musical/rhythmic intelligence)
  • Mengajak anak bermain alat musik,baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri
  • Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama
  • Diskografi,yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik tertentu
  • Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja maupun dengan melodinya
  • Menirukan berbagai nada,memperdengarkan musik instrumentalia,dan mengajak anak bernyanyi sendiri atau bersama-sama
4.   Kecerdasan Visual Spasial (visual spatial intelligence)
  • Mengajak anak melukis,menggambar,atau mewarnai
  • Memberikan kesempatan anak untuk mencoret-coret
  • Membuat prakarya
  • Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak
  • Bermain balok,lego,atau puzzel
5.   Kecerdasan Kinestetik/Fisik (body/kinesthetic intelligence)
  • Mengajak anak menari bersama
  • Bermain peran
  • Bermain drama
  • Berolahraga
  • Meniru gerakan orang lain
6.   Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelligence)
  • Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi
  • Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah
  • Melatih anak-anak menghargai perbedaan pendapat
  • Menumbuhkan sikap ramah dan peduli sesama
  • Melatih anak mengucapkan terima kasih,minta tolong,atau minta maaf
  • Melatih kesabaran menunggu giliran
7.   Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
  • Bercakap-cakap tentang cita-cita
  • Mengisi buku harian atau jurnal sederhana
  • Bermain menghadap cermin dan menggambarkan atau menceritakan apa yang dilihatnya
  • Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku
  • Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
8.   Kecerdasan Naturalis (naturalistic intelligence)
  • Karya wisata alam
  • Menceritakan apa yang dilihat ketika memandang keluar jendela
  • Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk mengamatinya
  • Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya
  • Membuat herbarium sederhana atau membuat kebun/taman sebagai proyek bersama
9.   Kecerdasan Spiritual (spiritualist intelligence)
  • Diskusi tentang semua ciptaan Tuhan
  • Mengenalkan tata cara sholat yang benar
  • Menghafal surat-surat pendek
10. Kecerdasan Eksistensial (exsistensialist intelligence)
  • Mengintegrasikan kandungan agama dalam muatan materi
  • Mendampingi anak dalam menekuni berbagai profesi moral yang positif
  • Menceritakan tokoh-tokoh penemu islam dilanjutkan dengan diskusi ringan




Sumber Materi :

Jumrotin. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence). Dalam Related:Https://Aguseducated.Files.Wordpress.Com/2013/06/Multiple-Intelligence.Docx Teori Multiple Intelligence Pdf. Di Akses 25 Maret 2017.
Musfiroh.2015. Multiple Intelligences dan Implikasinya dalam Pendidikan. Dalam http://staffnew.uny.ac.id/upload/132104302/pengabdian/MULTIPLE+INTELLIGENCES.pdf. Diakses 25 Maret 2017.
Sofyan.2015. Multiple Intelligences ( Kecerdasan Majemuk). Dalam http://www.perkuliahan.com/makalah-multiple-intelligences-kecerdasan-majemuk/. Diakses 25 Maret 2017.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar