MULTIPLE INTELLIGENCE
(KECERDASAN MAJEMUK)
Pada
pertemuan ke-5 ini saya akan membahas mengenai Kecerdasan Ganda/Kecerdasan
Majemuk yang diusulkan oleh Howard Gardner pada 1983. Teori ini muncul
berdasarkan pengamatan Gardner, yang melihat bahwa seorang anak di sekolah,
dengan prestasi akademik yang menonjol, tidak kemudian secara otomatis
dikatakan lebih pintar, dibandingkan dengan anak yang terlihat susah payah
mengikuti pelajaran sekolah dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain
atau berolahraga. Intelligence, particularly as it is traditionally
defined, does not sufficiently encompass the wide variety of abilities humans
display. Menurutnya kepandaian anak tidak dapat semata-mata dilihat
dari prestasinya di sekolah. Anak yang tertinggal pelajarannya di sekolah
mungkin menonjol pada area kecerdasan lain. Misalnya saja olahraga, musik atau
seni.
Saat
itu Gardner mendeskripsikan tujuh area kecerdasan, yaitu: bodily-kinesthetic,
interpersonal, verbal-linguistic, logical-mathematical, intrapersonal,
visual-spatial dan musical. Kemudian di tahun 1997 pada
simposium MIND (Multiple Intelligence New Directions) Gardner
menambahkan kecerdasan kedelapan yaitu naturalistic. Tiap
kecerdasan khas dan membawa karakter tertentu, seperti gaya belajar, potensi
bakat, minat bahkan sifat personal. Seorang individu dapat memiliki beberapa
kecerdasan yang menonjol atau bahkan semua kecerdasan tersebut dia miliki
secara hampir berimbang. Jika lingkungan dapat dengan tepat memberikan
stimulasi yang dibutuhkan, kecerdasan tertentu yang menjadi kelebihan seseorang
akan membawanya menjadi ahli di bidang tersebut dan melejitkan potensi pribadi
yang akan membawa kesuksesan baginya.
A.
LANDASAN TEORITIS
Teori
kecerdasan majemuk atau MI memiliki landasan pengkategorian. Hal ini
dimaksudkan agar kedelapan jenis kecerdasan tersebut berkembang sepenuhnya,
bukan sekedar bawaan, kemampuan atau bakat. Kriteria yang digunakan Gardner
adalah sebagai berikut.
1)
Letak dalam Otak
Gadner
mengamati bahwa orang-orang yang pernah mengalami kecelakaan atau penyakit
tertentu mempengaruhi wilayah otak tertentu pula. Cedera ini mengganggu
kecerdasan tertentu, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi kecerdasan yang
lain. Orang yang mengalami cidera di wilayah Broca (lobus kiri depan),
misalnya, akan mengalamai kesulitan memproduksi ujaran, tetapi masih dapat
mengerjakan soal matematika, menari, mengekspresikan perasaan, dan menjalin
hubungan dengan orang lain. Berikut ini merupakan sistem neurologis dalam otak
yang merupakan wilayah primer tiap jenis kecerdasan
(2)
Adanya Bukti Personalitas
Gardner
memberi contoh profil pada orang-orang tertentu yang sangat menonjol pada satu
jenis kecerdasan tertentu, tetapi rendah dalam kecerdasan lain atau savant
(seperti Raymond dalam film Rain Man)
(3)
Tiap Kecerdasan Memiliki Waktu Kemunculan dan Perkembangan
Kecerdasan
terbentuk melalui keterlibatan yang bernilai budaya dan seseorang (dalam
kegiatan itu) mengikuti pola perkembangan tertentu. Musik berkembang lebih awal
dan bertahan lama (sampai tua), kecerdasan visual dalam wujud melukis dapat
muncul pada usia dewasa (seperti kasus nenek moses).
(4)
Sejarah Evolusioner dan Kenyataan Logis Evolusioner
Tiap
jenis kecerdasan memiliki bukti hidtoris, seperti spasial dapat ditemukan pada
gambar-gua Lascaux, irama terbang serangga waktu mencari bunga, musikal melalui
instrumen musik purba, dan sebagainya.
(5)
Dukungan Temuan Psikometrik
Dapat
memanfaatkan tes standar untuk menilai kecerdasan dengan cara yang
terkontekstualisasikan (memanfaatkan skala kecerdasan Wechsler untuk
linguistik, matematis logis, spasial, kinsetetik; dll)
(6)
Dukungan Penelitian Psikologi Eksperimental
(7)
Tiap Kecerdasan memiliki Rangkaian Cara kerja Dasar
Setiap
kecerdasan membutuhkan cara kerja tertentu dan dapat berfungsi menggerakkan
kegiatan yang khas pada setiap kecerdasan. Kinestetik misalnya, bercara dasar
kerja : mampu menirukan gerakan fisik, mampu menguasai gerak rutin motorik
halus dalam menyusun bangunan.
(8)
Kemudahan Menyandikannya ke dalam Sistem Simbol
Setiap
kecerdasan punya simbol sendiri-sendiri.
B.
PENGERTIAN MUTIPLE INTELLIGENCE
Multiple
Intelligence adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan Prof. Howard
Gardner. Multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pada dasarnya
adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak kita,
khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan,ternyata banyak sekali. Memahami
multiple intelligence bukanlah untuk membuat anak-anak kita menjadi hebat.
Namun,konsep tersebut, paling tidak dapat membantu kita untuk memahami
bahwa anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar biasa.
Pengertian
dari kecerdasan menurut Howard Gardner adalah suatu kemampuan untuk memecahkan
masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu kumpulan
kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan. Sedangkan multiple
intelegence (kecerdasan majemuk) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tiap
individu lebih dari satu macam. Menurut Howard Gardner setiap individu delapan
jenis kecerdasan di dalam dirinya,yang disebut kecerdasan majemuk (multiple
intelligence). Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah
agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola
pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai,
ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja
yang sukses untuk masa depan seseorang.
C. KONSEP
MULTIPLE INTELLIGENCE (KECERDASAN MAJEMUK)
Konsep multiple
intelligence diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner,
yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard
Graduate School of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston
University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang
adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan
manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai
kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Konsep
multiple intelligence menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame or Mind : The
Theory of Multiple Intelligences ada delapan jenis kecerdasan
yang dimiliki setiap individu. Delapan jenis kecerdasan ini,setiap individu
mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Dalam
bukunya, Thomas Amstrong (2002) juga menyebutkan kecerdasan tersebut
merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan menjadikan mereka
sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas.
Melalui
konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan
ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai
kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada
kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi
yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang
peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi
kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni,
spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
D. 10
MACAM KECERDASAN MAJEMUK
1. Kecerdasan matematika-logika (Logical
mathematical intelligence)
Kecerdasan
matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara
induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan
menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi
cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat
terjadinya sesuatu.
Ia
menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta
didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan
tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka
akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang
dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan
yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain
teka-teki.
2. Kecerdasan
bahasa (verbal linguistic intelligence)
Kecerdasan
bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata,
baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan
dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat
puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta
didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya
terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya
detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan
verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
3. Kecerdasan
musikal (musical/rhythmic intelligence)
Kecerdasan
musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini
adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali
mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang
dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,
pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih
mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan
dengan musik.
4. Kecerdasan
visual-spasial (visual spatial intelligence)
Kecerdasan
visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih
mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan,
misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan
untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa
yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Kemampuan
membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah
sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan
visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam
permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
5. Kecerdasan
kinestetik (body/kinesthetic intelligence)
Kecerdasan
kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan
bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai
masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah
satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan
sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari,
terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.
6. Kecerdasan
interpersonal (interpersonal intelligence)
Kecerdasan
interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan
orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain
sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan
semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang
selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup
kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman,
memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.
7. Kecerdasan
intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Kecerdasan
intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan
maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini
senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya,
kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung
menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya
sendiri.
8. Kecerdasan
naturalis (naturalistic intelligence)
Kecerdasan
naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam,
misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung,
cagar alam, atau hutan.
Peserta
didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan
alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora
dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.
9. Kecerdasan
spiritual (spiritualist intelligence)
Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan manusia mengenal
Tuhannya, meyakini keberadaan dan keEsaan Tuhan, serta melakukan segala apa
yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dalam menjalani
kehidupan ia tidak akan putus harapan, karena ada Tuhan tempat bergantung
segala sesuatu, dalam keadaan bahagia, ada Tuhan tempat dia melantunkan puja
dan puji syukur. Kecerdasan ini akan membentuk jiwa dan pribadi yang berakhlak
mulia dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masayarakat dan negaranya.
10. Kecerdasan
eksistensial (exsistensialist intelligence)
Kecerdasan
eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang
luas,jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya
(kematian). Kecerdasan ini melibatkan kemampuan manusia dalam menjawab
berbagai macam persoalan terdalam tentang eksistensi atau keberadaan manusia.
Para ahli filsafat (Filosof) merupakan salah satu bukti kecerdasan ini, diantaranya
adalah Plato, Sokrates, Immanuel Kant, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd. Mereka berpikir
dan memikirkan tentang eksistensi manusia dan alam.
E. STRATEGI
PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA
Strategi
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan anak mengembangkan kecerdasan majemuknya
dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Strategi pengajaran yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kecerdasan Logika
Matematika (Logical mathematical intelligence)
- Bermain
puzzel atau ular tangga
- Bermain
dengan bentuk-bentuk geometri
- Pengenalan
bilangan melalui nyanyian,tepuk,dan sajak berirama
- Eksperimen
sederhana,misalnya mencampur warna
- Mengenalkan
cara menggunakan kalkulator dan komputer
2. Kecerdasan Bahasa (verbal
linguistic intelligence)
- Mengajak
anak berdialog dan berdiskusi
- Membacakan
cerita
- Bermain
peran
- Memperdengarkan
lagu atau dongeng anak-anak
- Mengisi
buku harian dan menulis surat pada teman
3. Kecerdasan Musikal (musical/rhythmic
intelligence)
- Mengajak
anak bermain alat musik,baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan
sendiri
- Meminta
anak untuk menciptakan sendiri irama
- Diskografi,yaitu
mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik
tertentu
- Meminta
anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya
saja maupun dengan melodinya
- Menirukan
berbagai nada,memperdengarkan musik instrumentalia,dan mengajak anak
bernyanyi sendiri atau bersama-sama
4. Kecerdasan
Visual Spasial (visual spatial intelligence)
- Mengajak
anak melukis,menggambar,atau mewarnai
- Memberikan
kesempatan anak untuk mencoret-coret
- Membuat
prakarya
- Menggambarkan
benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak
- Bermain
balok,lego,atau puzzel
5. Kecerdasan
Kinestetik/Fisik (body/kinesthetic intelligence)
- Mengajak
anak menari bersama
- Bermain
peran
- Bermain
drama
- Berolahraga
- Meniru
gerakan orang lain
6. Kecerdasan
Interpersonal (interpersonal intelligence)
- Membuat
peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi
- Memberi
kesempatan tanggung jawab di rumah
- Melatih
anak-anak menghargai perbedaan pendapat
- Menumbuhkan
sikap ramah dan peduli sesama
- Melatih
anak mengucapkan terima kasih,minta tolong,atau minta maaf
- Melatih
kesabaran menunggu giliran
7. Kecerdasan
Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
- Bercakap-cakap
tentang cita-cita
- Mengisi
buku harian atau jurnal sederhana
- Bermain
menghadap cermin dan menggambarkan atau menceritakan apa yang dilihatnya
- Mengajak
anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku
- Membuat
jadwal kegiatan sehari-hari
8. Kecerdasan Naturalis (naturalistic
intelligence)
- Karya
wisata alam
- Menceritakan
apa yang dilihat ketika memandang keluar jendela
- Memelihara
hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk mengamatinya
- Menanam
pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya
- Membuat
herbarium sederhana atau membuat kebun/taman sebagai proyek bersama
9. Kecerdasan Spiritual (spiritualist
intelligence)
- Diskusi
tentang semua ciptaan Tuhan
- Mengenalkan
tata cara sholat yang benar
- Menghafal
surat-surat pendek
10. Kecerdasan Eksistensial (exsistensialist
intelligence)
- Mengintegrasikan
kandungan agama dalam muatan materi
- Mendampingi
anak dalam menekuni berbagai profesi moral yang positif
- Menceritakan tokoh-tokoh penemu islam dilanjutkan dengan diskusi ringan
Sumber Materi :
Jumrotin. 2013. Model Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence). Dalam Related:Https://Aguseducated.Files.Wordpress.Com/2013/06/Multiple-Intelligence.Docx
Teori Multiple Intelligence Pdf. Di Akses 25 Maret 2017.
Musfiroh.2015.
Multiple Intelligences dan Implikasinya dalam Pendidikan. Dalam http://staffnew.uny.ac.id/upload/132104302/pengabdian/MULTIPLE+INTELLIGENCES.pdf. Diakses 25 Maret 2017.
Sofyan.2015. Multiple Intelligences ( Kecerdasan Majemuk). Dalam http://www.perkuliahan.com/makalah-multiple-intelligences-kecerdasan-majemuk/. Diakses 25 Maret 2017.